Popular posts

Total Tayangan Laman

Dejavu.corp. Diberdayakan oleh Blogger.

SMS GRATIS

Adsense Indonesia

REPRESENTASI & DESKRIPSI CITRA
       Tujuannya mengubah citra menjadi bentuk yang lebih mudah dimengerti oleh proses selanjutnya
       Terdapat dua pilihan :
1.       Representasi berdasar karakteristik-karakteristik eksternal (batas/bentuk)
Sebuah representasi eksternal dipilih bila fokus utama adalah pada karakteristik bentuk.
    1. Representasi berdasar karakteristik-karakteristik internal (warna/tekstur) 
Representasi internal yang dipilih ketika fokus utama adalah pada sifat daerah, seperti warna dan tekstur.
Kode Rantai (Chain Code)
       Digunakan untuk mewakili batas tepi dari object.
       Digambarkan berupa rangkaian  segmen yang berupa garis lurus dengan arah dan ukuran yang telah ditentukan.
       Citra Digital umumnya menggunakan format grid dengan spasi  yang sama untuk arah x dan y.
       sehingga kode rantai bisa dihasilkan dengan mengikuti batas dalam arah searah jarum jam dan menetapkan arah untuk menghubungkan segmen setiap pasangan piksel.
       Representasi ini didasarkan pada 4 atau 8 konektifitas dari segmen-segmen.
       Arah dari masing-masing segmen dikodekan dengan menggunakan sebuah skema angka.
Kode Rantai (2)
       Kode rantai batas tergantung pada titik awal. Namun, kode dapat dinormalisasi sehubungan dengan titik awal dengan prosedur:
Kami hanya memperlakukan kode rantai melingkar sebagai urutan nomor arah dan mendefinisikan titik awal sehingga urutan angka yang dihasilkan membentuk suatu integer dari magnitudo minimum.
Contoh kode rantai
Kode rantai: 4-connected        Kode rantai: 4-connected
Hasil dengan 4 connectivity: 
                0 0 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 1 2 1 1 1 0 1 1 0 1
Normalisasi:   
                0 1 0 0 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 1 2 1 1 1 0 1 1
Hasil dengan 8 connectivity:
                0 7 6 6 6 6 5 5 3 3 2 1 2 1

Signatures
Mengubah representasi citra dari 2 dimensi menjadi 1 dimensi


 







Signatures (2)
Untuk obyek lingkaran, akan menghasilkan jari2 yang konstan sepanjang sudut tetha sehingga, grafik outputnya adalah garis lurus seperti gambar a.
Untuk object bujursangkar jari2 tidak konstan sehingga output terlihat seperti gambar b.
Skeleton Suatu Daerah
          Untuk merepresentasikan sebuah daerah
          Disebut skeletonizing atau thinning
          Secara iteratif menghapus titik-titik tepi, tapi :
        Tidak menghapus titik ujung (end point)
        Tidak memutus hubungan keterhubungan
        Tidak menyebabkan erosi berlebihan pada suatu daerah
Langkah 1
          Memberi flag piksel yang hendak dihapus. Syaratnya :
a)      2 <= N(p1) <= 6
b)      S(p1) = 1
c)       p2.p4.p6 = 0
d)      p4.p6.p8 = 0
N(p1)=p2+p3+. . . +p8+p9
S(p1) = transisi 0 ke 1

Langkah 2
          Untuk langkah 1, semua syarat harus terpenuhi. Jika satu tidak memenuhi syarat maka tidak boleh diberi tanda / flag. Langkah 1 dilakukan untuk semua titik pada citra. Selanjutnya baru pixel yg ditandai diubah menjadi 0
          Hapus semua piksel yang telah ditandai !
Langkah 3
          Memberi flag piksel yang hendak dihapus. Syaratnya :
a)      2 <= N(p1) <= 6
b)      S(p1) = 1
c)       p2.p4.p8 = 0
d)      p2.p6.p8 = 0
N(p1)=p2+p3+. . . +p8+p9
Langkah 4
          Hapus semua piksel yang telah ditandai !
Contoh Proses Thinning


 










Langkah 1:


 











Langkah 2:


 











Langkah 3:


 














Langkah 4:
 











Deskripsi Citra
Hasil representasi dengan chain code dapat dideskripsikan dengan shape number dan orde.
Shape number = hasil normalisasi berdasarkan
                        perbedaan antara 2 kode yang
                        berdekatan yang dimulai dari
                        kode terkecil.
Orde = Jumlah bit untuk merepresentasikan satu
         bentuk.
Contoh Deskripsi Citra Orde 4:
Cara :
kode terakhir diletakkan ke depan/dipinjam à 1 0 3 2 1) Karena 1 0 searah jarum jam, maka membaca difference adalah berlawanan jarum jam  sehingga harus 1-2-3-0 à 3 langkah. Selanjutnya dari 0 ke 3 juga searah, jadi kalau berlawanan adalah  0-1-2-3 dan seterusnya sehingga didapat- kan: difference = 3 3 3 3
 








Contoh Deskripsi Citra Orde 6:





Contoh Dekripsi Citra Orde 8:






PEMROSESAN CITRA SECARA MORFOLOGIS
DEFINISI
       Morphology  à morph+logie/logy (bahasa Jerman).
       Morph à perubahan bentuk atau karakter akibat perubahan pada struktur / kompisisi  (transformasi).
       Morphological image processing à operasi-operasi perubahan bentuk pada binary image/grayscale image
       Matematika morfologi adalah alat untuk mengekstraksi komponen gambar yang berguna dalam representasi dan deskripsi dari sebuah bentuk dari sebuah daerah/wilayah (region shape), seperti batas (boundaries),  kerangka (skeletons), dan convex hull. Morfologi juga digunakan untuk pra atau pasca pengolahan, seperti morfologi penyaringan (filtering), penipisan (thinning), dan pemangkasan (pruning)
       Perbedaan antara pemrosesan citra secara morfologis dengan pemrosesan biasa (yang telah kita pelajari):
       Dulu kita memandang sebuah citra sebagai suatu fungsi intensitas terhadap posisi (x,y)
       Dengan pendekatan morfologi, kita memandang suatu citra sebagai himpunan
Pemrosesan citra secara morfologis
      Pemrosesan citra secara morfologi biasanya dilakukan terhadap citra biner (hanya terdiri dari 0 dan 1), walaupun tidak menutup kemungkinan dilakukan terhadap citra dengan skala keabuan 0-255
      Untuk sementara yang akan kita pelajari adalah pemrosesan morfologi terhadap citra biner
Contoh citra masukan


 








Operasi Morfologi
       Secara umum, pemrosesan citra secara morfologi dilakukan dengan cara mem-passing sebuah structuring element terhadap sebuah citra dengan cara yang hampir sama dengan konvolusi.
       Structuring element dapat diibaratkan dengan mask pada pemrosesan citra biasa (bukan secara morfologi)
Structuring Element
       Structuring element dapat berukuran sembarang
       Structuring element  juga memiliki titik poros (disebut juga titik origin/ titik asal/titik acuan)
       Contoh structuring element  seperti objek S dengan titik poros di (0,0) -> warna biru


 




Beberapa operasi morfologi
       Beberapa operasi morfologi yang dapat kita lakukan adalah:
      Dilasi, Erosi
      Opening, Closing
      Thinning, shrinking, pruning, thickening, skeletonizing
      dll
Dilasi
 

Dilasi merupakan proses penggabungan titik-titik latar (0) menjadi bagian dari objek (1), berdasarkan  structuring element  S yang digunakan.Cara dilasi adalah:
-           Untuk setiap titik pada A, lakukan hal berikut:
-           letakkan titik poros S pada titik A tersebut
-           beri angka 1 untuk semua titik (x,y) yang   terkena / tertimpa oleh struktur S pada posisi   tersebut

Contoh dilasi













Description: mor7a
Erosi
 


Erosi merupakan proses penghapusan titik-titik objek (1) menjadi bagian dari latar (0), berdasarkan structuring element  S  yang digunakan.Cara erosi adalah:
-  Untuk setiap titik pada A, lakukan hal berikut:
   -  letakkan titik poros S pada titik A tersebut
   -  jika ada bagian dari S yang berada di luar A,  maka
       titik poros dihapus / dijadikan latar.




Opening

Opening adalah proses erosi yang diikuti dengan dilasi.
       Efek yang dihasilkan adalah menghilangnya objek-objek kecil dan kurus, memecah objek pada titik-titik yang kurus, dan secara umum men-smooth-kan batas dari objek besar tanpa mengubah area objek secara signifikan
       Rumusnya adalah:


 


Contoh Opening

Closing
       Closing adalah proses dilasi yang diikuti dengan erosi.
       Efek yang dihasilkan adalah mengisi lubang kecil pada objek, menggabungkan objek-objek yang berdekatan, dan secara umum men-smooth-kan batas dari objek besar tanpa mengubah area objek secara signifikan
       Rumusnya adalah:

Contoh Closing
Hit-or-Miss transform


 


       Suatu structuring element S dapat direpresentasikan dalam bentuk (S1,S2) dimana S1 adalah kumpulan titik-titik objek (hitam) dan S2 adalah kumpulan titik-titik latar (putih)
Hit-or-miss transform
       Contoh:
      S1= {b,e,h}
      S2={a,d,g,c,f,i}


Hit-and-misss transform A*S adalah kumpulan titik-titik dimana S1 menemukan match di A dan pada saat yang bersamaan S2 juga menemukan match di luar A.

Varian dari erosi dan dilasi
       Shrinking:
      Erosi yang dimodifikasi sehingga piksel single tidak boleh dihapus. Hal ini berguna jika jumlah objek tidak boleh berubah
       Thinning:
      Erosi yang dimodifikasi sehingga tidak boleh ada objek yang terpecah. Hasilnya adalah berupa garis yang menunjukkan topologi objek semula.

Thinning              
       Tujuan: me-remove piksel tertentu pada objek sehingga tebal objek Tersebut menjadi hanya satu piksel.
       Thinning tidak boleh:
                - Menghilangkan end-point
                - Memutus koneksi yang ada
                - Mengakibatkan excessive erosi
       Salah satu kegunaan thinning adalah pada proses pengenalan karakter/huruf
       Ada banyak cara mengimplementasikan thinning, salah satu diantaranya adalah dengan hit-or-miss transform

       Thinning dapat didefinisikan sebagai:
      Thinning(A,{B}) = A – (A * {B})
                          = A – ((...(A*B1)*B2)..Bn)
Dengan B1, B2, B3..Bn adalah
Structuring element.
Note:
A-(A*B) berarti kebalikan dari A*B
à Yang match dihapus
à Yang tidak match dipertahankan

Contoh Thinning
Description: thinningDescription: thinning
Segmentasi Citra
Topik
       Pendahuluan
       Edge based:
      Mendeteksi discontinuities
      Edge Linking and Boundary detection
       Region based:
      Thresholding
      Region Growing
      Region Merging and Splitting
      Clustering
       Hybrid
Pendahuluan    
       Segmentasi merupakan proses mempartisi citra menjadi beberapa daerah atau objek
       Segmentasi citra pada umumnya berdasar pada sifat discontinuity atau similarity dari intensitas piksel
       Pendekatan discontinuity:
      mempartisi citra bila terdapat perubahan intensitas secara tiba-tiba (edge based)
       Pendekatan similarity:
      mempartisi citra menjadi daerah-daerah yang memiliki kesamaan sifat tertentu (region based)
      contoh: thresholding, region growing, region splitting and merging
Pendekatan Edge-Based
       Kekurangannya: belum tentu menghasilkan edge yang kontinue, mengakibatkan terjadinya kebocoran wilayah (wilayah-wilayah yang tidak tertutup)
       Prosedur:
      Melakukan proses deteksi sisi dengan operator gradient.  Masukannya citra gray level dan keluarannya citra edge (biner)
Mendeteksi discontinuity
       Terdiri dari: deteksi titik, deteksi garis, deteksi sisi
       Dapat menggunakan mask/kernel, berbeda untuk setiap jenis deteksi
       Khusus untuk deteksi sisi, dapat menggunakan cara-cara yang telah dibahas sebelumnya, seperti dengan menggunakan operator gradien (Roberts, Sobel, Prewitt), atau Laplacian.

Deteksi titik
Edge Linking & Boundary detection
       Hasil dari deteksi sisi seringkali tidak menghasilkan sisi yang lengkap, karena adanya noise, patahnya sisi karena iluminasi, dan lain-lain.
       Oleh karena itu proses deteksi sisi biasanya dilanjutkan dengan proses edge linking.
       Dari sekian banyak cara, yang akan dibahas:
      Local Processing
      Global Processing dengan teknik Graph-Theoretic
Local Processing
       Merupakan cara paling sederhana, dengan menggunakan analisa ketetanggaan 3x3 atau 5x5.
       Sifat utama yang digunakan untuk menentukan kesamaan piksel sisi adalah
      Nilai gradien: Ѧ(x,y) = |Gx| + [Gy|
      Arah gradien: a(x,y) = tan-1(Gx/Gy)
       Jika piksel pada posisi (x0,y0) adalah piksel sisi, maka piksel pada posisi (x,y) dalam jendela ketetanggaan yang sama bisa dikategorikan sisi pula jika
      |Ѧ(x,y) - Ѧ(x0,y0)|£ E
      |a (x,y) - a (x0,y0)| < A
      E dan A adalah nilai ambang non negatif
Global Processing with Graph theoretic
       Dapat mengatasi noise
       Komputasi lebih sulit
       Global : langsung mencakup seluruh citra, bukan menggunakan jendela ketetanggan
       Menggunakan representasi graph
      Setiap piksel dianggap sebagai node
      Setiap piksel hanya bisa dihubungkan dengan piksel lain jika mereka bertetangga (4-connected)
      Edge yang menghubungkan piksel (node) p dan q pada graf memiliki nilai (weighted graph):
       C(p,q) = H – [f(p) – f(q)]
       H: nilai intensitas keabuan tertinggi pada citra
       f(p) dan f(q): nilai keabuan piksel p dan q
      Kemudian dicari lintasan sisi dengan cost terendah

Pada contoh ini, ukuran citra hanya berukuran 3x3.
Untuk memudahkan, diasumsikan bahwa edge mulai dari baris teratas dan berakhir di baris terakhir.
Dkl, edge hanya bisa berawal dari (1,1)(1,2) atau (1,2)(1,3), dan berakhir di (3,1)(3,2) atau (3,2)(3,3),






REGION BASED
    1. Thresholding
    2. Region Growing
    3. Region Merging and Splitting
    4. Clustering
Thresholding
       Sering digunakan untuk segmentasi karena mudah dan intuitif.
       Diasumsikan setiap objek cenderung memiliki warna yang homogen dan terletak pada kisaran keabuan tertentu
Pendekatan Region-Based
       Kekurangannya: belum tentu menghasilkan wilayah-wilayah yang bersambungan
       Prosedur:
      Memerlukan criteria of uniformity (kriteria)
      Memerlukan penyebaran seeds atau dapat juga dengan pendekatan scan line
      Dilakukan proses region growing
                unidentified region

Region-based
Konsep Dasar
Anggap himpunan R adalah seluruh daerah citra. Kita akan mempartisi R menjadi daerah-daerah R1, R2,… Rn, sedemikian hingga:
      R1ÈR2ÈR3È…Rn= R (segmentasi hrs lengkap, setiap piksel hrs berada dlm sbh region
      Ri adalah daerah yang terhubung (untuk i = 1,2,…n) (point2 dlm region hrs tersambung)
      Ri Ç Rj = Æ untuk semua i,j, i ¹j (region2 hrs disjoint)
      P(Ri) = TRUE untuk i = 1,2,…,n (properti yg hrs dpenuhi piksel2 dl sebuah daerah segmentasi) ex:jika semua piksel dalam Ri mempunyai grey level yg sama
      P(Ri È Rj) = FALSE untuk i ¹j (indikasi bhw region Ri dan Rj adalah berbeda )
        P adalah predikat/kriteria tertentu yang harus dimiliki suatu daerah.
Region Growing
       Tentukan beberapa piksel seed.
      Seed bisa ditentukan manual atau secara random
       Untuk setiap piksel seed, lihat 4 atau 8 tetangganya, jika kriterianya sama (kriteria bisa berupa perbedaan keabuan dengan seed, dll) maka tetangga tersebut bisa dianggap berada dalam 1 region/daerah dengan piksel seed.
       Teruskan proses dengan mengecek tetangga dari tetangga yang sudah kita cek, dst.
       Tidak bisa hanya digunakan kriteria saja, tanpa melihat konektivitas ketetanggaan, karena bisa tidak membentuk daerah
       Stopping rule kadang tidak mencakup semua kemungkinan sehingga pada akhir region growing ada piksel yang belum dicek sama sekali.
Region Splitting n Merging
       Splitting: membagi citra menjadi beberapa daerah berdasarkan kriteria tertentu (teknik quadtree)
       Merging: gabungkan daerah-daerah berdekatan yang memiliki kriteria yang sama.
       Kriteria: bisa varian keabuan dll
       Prosedur umum:
      Split R menjadi 4 kuadran disjoint jika P(R) = FALSE
      Merge sembarang daerah berdekatan Ri, Rj jika P(Ri È Rj) = TRUE
      Berhenti jika tidak ada proses split n merge yang bisa dilakukan



Pendeteksian Tepi (Edge Detection)
Pendeteksian tepi
• Tepi
– Edge, perubahan nilai intensitas derajat keabuan yang mendadak dalam jarak yang singkat
– Terdapat pada batas antara dua daerah pada citra
– Dapat diorientasikan dengan suatu arah, yang dapat berbeda bergantung pada perubahan intensitas
• Ada 3 macam tepi dalam citra digital :
– Tepi curam, arah berkisar 900– Tepi landai/ lebar, sudut arah kecil. Dianggap terdiri dari sejumlah tepi-tepi lokal yang lokasinya berdekatan
– Tepi yang mengandung noise. Perlu dilakukan image enhancement.
Tujuan Deteksi Tepi
• Meningkatkan penampakan garis batas suatu daerah atau objek di dalam citra
• Mencirikan batas objek dan berguna untuk proses segmentasi dan identifikasi objek
• Karena termasuk dalam komponen berfrekuensi tinggi, perlu filter high-pass.
Teknik Mendeteksi Tepi
• Karena termasuk dalam komponen berfrekuensi tinggi, perlu High-Pass Filter (HPF).
• Teknik mendeteksi tepi :
– Operator Gradient Pertama (differential gradient, center difference, Sobel, Prewitt, Roberts)
– Operator Turunan Kedua (Laplacian, Laplacian of Gaussian /LoG)
– Operator Kompas

Operator Gradient Pertama
Perubahan intensitas yang besar dalam jarak yang singkat dipandang sebagai fungsi yang memiliki kemiringan yang besar. Kemiringan dilakukan dengan menghitung turunan pertama (gradient).


 


























Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Search Box

dfggfgf